RSS

AFF : Komentar Pelatih dan Euphoria

21 Des

Seorang kawan via email tanya sama saya, “Kok nggak nulis sesuatu tentang AFF ? Masak sih nggak ada yang bisa kita pelajari di AFF ?” Saya belum balas emailnya. Saya ingin membalasnya lewat tulisan ini.

Sebenarnya banyak yang bisa dijadikan pelajaran dari perhelatan AFF2010. Salah satunya adalah euphoria yang kelewat hebat. Saking euphorianya, banyak yang lupa (tidak tahu) bahwa lolosnya Timnas Indonesiake final piala ASEAN ini adalah untuk keempat kalinya. Saking euphorianya, banyak yang nggak tahu (gak mau tahu ?) kalau Indonesia pada 17 Desember 2010 lalu menjadi Juara Umum Kejuaraan Dunia Pencak Silat 2010. Pesilat Indonesia sukses mengumpulkan 10 emas, 6 perak dan 5 perunggu.

“Silatnya gak diadain di Indonesia sih !” komentar kawan ketika saya cerita tentang prestasi pesilat Indonesia. Begitu saya bilang kejuaraan dunia itu diadakan di TMII, kawan saya langsung komentar “Kok media jarang ada yang meliput ya ? Saya sampai nggak tahu”.Ya maklum, media cendurung mewawancarai punggawa timnas ketimbang Sapto Purnomo dkk.

Ironis ! Tapi apa mau dikata ? Sepakbola lebih menyita perhatian. Walau levelnya sekelas ASEAN. Saya pribadi tidak mau munafik, bahwa perhatian saya pun lebih banyak ke Piala AFF . Dalam tulisan ini saya mau mengucapkan selamat kepada Timnas Silat Indonesia atas prestasinya sekaligus juga minta maaf. Sebab lagi-lagi saya harus mengulas AFF dan beberapa hal menarik dari statemen para pelatih Timnas di AFF 2010. Ada beberapa pernyataan pelatih yang bisa dijadikan pelajaran dalam karier dan hidup. Beberapa pernyataan itu antara lain :

Our tactic will depend on our opponent (Alfred Riedl on thai-fussball-dot-de’s interview)

There’s nothing more that can I ask the players other than to do their best and put in 100% effort in every game. They have done exactly that but yet we failed to make the final this year and defend the title. I knew from the start of the tournament this year that it was always going to be difficult to win the crown again. Winning it for the first time in 2008 was a challenge but to defend it would require a bigger challenge. Teams playing against us would always want to be beat us and play better as we were afterall the defending champions. But I’m proud of my boys.(Pelatih Vietnam H. Calisto pada konferensi pers setelah timnas asuhannya gagal melangkah ke final

Apa yang bisa dipelajari dari pernyataan itu untuk hidup terutama karier ? Ini yang saya pelajari dan pahami,

Pertama tentang pernyataan pelatih timnas Alfred Riedl saat ditanya jurnalis thailand. tentang taktik favoritnya dalam melatih ,

Our tactic will depend on our opponent

arenabola.com

Artinya kurang lebih “Taktik kami tergantung lawan yang kami hadapi”. Sepakbola adalah permainan yang dilakukan dengan gaya dan aturan yang sama. Mau selevel ASEAN sampai level Dunia. Memenangi kejuaraan sepakbola polanya selalu sama. Tim mana yang mencetak gol lebih banyak dan mampu menjaga gawangnya dari kebobolan, berpeluang menang dan jadi juara. Hal yang berbeda adalah taktiknya. Jawaban Riedl cukup jelas, taktik yang diterapkan akan disesuaikan dengan lawan yang dihadapi. Bayangkan bila seorang pelatih menerapkan taktik yang sama untuk lawan yang berbeda-beda. Sekali waktu bisa jadi menang, namun saya berani jamin akan mudah dikalahkan untuk pertandingan selanjutnya. Sebab taktiknya mudah dibaca.

Back to Life/Carrier

Dalam karir dan hidup pun sama. Kita bisa jadi terbiasa dengan rutinitas sehari-hari. Namun masalah (baca: Opponent) yang kita hadapi pasti berbeda-beda dari waktu ke waktu. Inilah yang kemudian menuntut kita kreatif untuk meracik taktik dan strategi untuk bisa keluar sebagai pemenang. Walau kadang kita bisa kalah, dari kekalahan itu (harusnya) kita belajar untuk bisa kembali menang (baca: menyelesaikan)

***********

Kedua adalah  pernyataan pelatih Vietnam H. Calisto saat tim yang diasuhnya gagal melangkah ke final,

There’s nothing more that can I ask the players other than to do their best and put in 100% effort in every game. They have done exactly that but yet we failed to make the final this year and defend the title. I knew from the start of the tournament this year that it was always going to be difficult to win the crown again. Winning it for the first time in 2008 was a challenge but to defend it would require a bigger challenge. Teams playing against us would always want to be beat us and play better as we were afterall the defending champions. But I’m proud of my boys.

Artinya kurang lebih sebagai berikut :

Tak ada lagi yang bisa saya pinta kepada para pemain selain melakukan yang terbaik dan 100 % berupaya di setiap pertandingan. Mereka telah melakukannya, tapi akhirnya kami gagal mencapai final tahun ini dan mempertahankan gelarnya. Saya tahu sejak awal  turnamen [bahwa] tahun ini akan jadi lebih sulit untuk memenangkannya kembali. Memenangkan untuk pertama kalinya pada tahun 2008 adalah tantangan, tapi untuk mempertahankannya akan membutuhkan tantangan yang lebih besar. Lawan main kami akan selalu ingin mengalahkan kami dan [akan] berusaha bermain lebih baik. Terlebih status kami sebagai juara bertahan. Tapi saya bangga dengan pemain saya.

Back to Life/Carrier :

Lihatlah kalimat yang saya garis bawahi. Ini adalah kalimat filosofis lama. Mempertahankan memang selalu jauh lebih sulit ketimbang meraihnya. Sama dalam karier dan hidup. Anda bisa jadi berprestasi di tahun ini. Namun saat euphoria itu meledak dalam diri. Kadang petuah itu seolah tersembunyi, sehingga lupa bahwa dalam hidup dan karir dituntut terus berprestasi. Ironisnya, kalimat “Lebih sulit mempertahankan, ketimbang meraih” lebih sering keluar saat ditimpa kekalahan (Baca: penyesalan).

***********

Suporter Indonesia di GBK

Hal terakhir yang saya bisa pelajari dari AFF adalah Euphoria masyarakat Indonesia yang sangat berlebih pada Timnas Indonesia. Dalam sejarahnya Timnas sudah tiga kali lolos ke final yakni tahun 2000, 2002 dan 2004. Untuk ketiga kalinya lolos itu, Timnas selalu kalah di final. Kini Indonesia menapak final untuk keempat kalinya. Tentunya dengan euphoria yang demikian besar, harapan untuk mendapat gelar sangat tinggi. Saya tak berani membayangkan bila Timnas kembali gagal (Semoga saja tidak !). Jika gagal, sebagai penikmat bola, saya akan kecewa. Sebab itu tandanya Indonesia kembali gagal berprestasi. Itu artinya capaian timnas di Piala Asia 2007 masih lebih baik, dilihat dari level kejuaraan.

Back to Life/Carrier :

Suatu saat dalam lingkungan  kerja atau kehiduan anda akan ada euphoria berlebih. Ilustrasinya saya ambil dari profesi Account Executive seperti ini,

Anda dapat satu dua atau tiga klien, euphoria di kantor jadi berlebihan. Sedikit bonus mulai mengucur. Mendadak terkenal menjadi employee of the month. Dipuji sana, dipuji sini. Anda pun jadi nggak fokus lagi pada target penjualan akhir tahun. Ketika sampai akhir tahun, ternyata target penjualan tak tercapai. (Semoga hal ini tak terjadi dalam karier anda maupun saya)

Lagi-lagi, saya mendapat ‘tips’ bagaimana menghadapi Euphoria massa lewat sikap para punggawa timnas :

Tutup Mulut ?

Irfan Bachdim berani ambil sikap tutup mulut, ketika diminta komentar, setelah Riedl menegurnya (jelang laga lawan Philipina). Bustomi dalam twitternya menulis bahwa perjuangan mereka belum selesai sampai jadi juara AFF. Bustomi juga pernah menulis dalam twitternya bahwa “Pujian bisa jadi terror” (Twit ini sempat dibalas Arif dengan guyonan “berarti yang memuji adalah teroris”). Arief Suyono sendiri menanggapi Euphoria masyarakat dengan guyonan “Jangan lupa Gayus” atau “jangan-jangan tadi Gayus nonton Timnas” dalam twitternya.

Mereka saat ini Fokus untuk jadi juara sebagaimana arahan dari Riedl. Fokus ini tak sekedar diucap atau ditulis, melainkan juga dilakukan dalam sikap.

Selamat Berjuang Garudaku ! ! !

Menteng…. Hampir Tengah Malam (lagi)

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 21 Desember 2010 inci SEPAK BOLA

 

Tag: , , , , , , , , , , , , , ,

2 responses to “AFF : Komentar Pelatih dan Euphoria

  1. setyantocahyo

    24 Desember 2010 at 11:06 am

    kunjungan balik neh..

    wow..blog seputar bola .., keren mas…

    kita tukeran link ya..
    thanks …

     
    • Roy Mardi Pamenang

      24 Desember 2010 at 3:24 pm

      Ok Mas… Thanks Telah berkunjung…

       

Tinggalkan komentar